“Science, Nature, and Research” are the core of our values

HIPERTENSI (TEKANAN DARAH TINGGI)

Hipertensi adalah pengertian medis dari penyakit tekanan darah tinggi. 

Seseorang dapat mengalami tekanan darah tinggi apabila semakin banyak darah yang dipompa oleh jantung dan akibat sempitnya pembuluh darah pada arteri. 

Kondisi medis kronis ini ditandai dengan meningkatnya beban tahanan pada arteri (pembuluh darah). Peningkatan ini menyebabkan jantung harus bekerja lebih keras daripada sebelumnya untuk memompa darah ke seluruh tubuh.

Hipertensi dapat diketahui dengan pemeriksaan secara rutin pada tekanan darah. 

 

Pembacaan tekanan darah dilakukan dalam satuan milimeter air raksa (mmHg). Hasil pemeriksaan akan terbagi menjadi dua nomor, yaitu:

  • Angka pertama atau sistolik mewakili tekanan dalam pembuluh darah ketika jantung berkontraksi atau berdetak. 
  • Angka kedua atau diastolik mewakili tekanan di dalam pembuluh darah ketika jantung beristirahat di antara detaknya.

Mengalami hipertensi jika dari pengukuran selama dua kali berturut-turut memperlihatkan hasil angka tekanan darah sistolik > 140 mmHg, dan/atau angka tekanan darah diastolik > 90 mmHg.

Hipertensi sering disebut “The Silent Killer”, karena sering tanpa keluhan, sehingga penderita tidak tahu kalau dirinya mengidap hipertensi, tetapi kemudian diketahui sudah terdapat penyakit komplikasi dari hipertensi.

Hipertensi telah mengakibatkan kematian sekitar 8 juta orang setiap tahun. Dimana 1.5 juta kematian terjadi di Asia Tenggara, yang ⅓ populasinya memiliki hipertensi (data WHO 2011).

Penyebab Hipertensi

Hipertensi terbagi menjadi dua jenis, yaitu hipertensi primer dan sekunder. Berikut penjelasan tentang penyebab hipertensi ini:

1. Hipertensi Primer

Sering kali, penyebab terjadinya hipertensi pada kebanyakan orang dewasa tidak dapat diidentifikasi. Hipertensi primer cenderung berkembang secara bertahap selama bertahun-tahun yang akhirnya semakin parah jika tidak dilakukan penanganan, antara lain:

  • Garam
  • Stress
  • Kurang bergerak
  • Obesitas
  • Merokok
  • MInuman beralkohol
  • Radikal bebas

2. Hipertensi Sekunder

Beberapa orang memiliki tekanan darah tinggi karena alami kondisi kesehatan yang mendasarinya. Hipertensi jenis ini cenderung terjadi secara tiba-tiba dan menyebabkan tekanan darah lebih tinggi dibandingkan hipertensi primer.

Berbagai kondisi yang dapat menyebabkan hipertensi sekunder, antara lain:

  • Obstruktif sleep apnea (OSA)
  • Gangguan ginjal
  • Tumor kelenjar adrenal
  • Masalah tiroid
  • Diabetes
  • Usia
  • Jenis kelamin
  • Faktor genetik
  • Cacat bawaan di pembuluh darah
  • Obat-obatan, seperti pil KB, obat flu, dekongestan, obat penghilang rasa sakit yang dijual bebas 
  • Obat-obatan terlarang

HIPERTENSI (TEKANAN DARAH TINGGI)

Beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan terjadinya hipertensi adalah:

  • Memiliki usia di atas 65 tahun.
  • Sering mengonsumsi makanan tinggi garam berlebihan.
  • Alami kelebihan berat badan atau obesitas.
  • Adanya riwayat keluarga dengan kondisi medis yang sama.
  • Kurang mengonsumsi buah dan sayuran.
  • Tidak aktif secara fisik atau jarang berolahraga.
  • Mengonsumsi terlalu banyak makanan atau minuman yang mengandung kafein.
  • Memiliki kebiasaan merokok.
  • Banyak mengonsumsi minuman beralkohol.
  • Stres. Tingkat stres yang tinggi dapat meningkatkan tekanan darah untuk sementara.
  • Alami kondisi kronis tertentu, seperti penyakit ginjal, diabetes, atau sleep apnea.

Tekanan Darah Normal dan Tidak Normal

Tekanan darah normal bisa naik atau turun tergantung aktivitas fisik yang dijalani dan kondisi emosional. Tekanan darah normal juga bisa berubah pada saat hamil, menstruasi, atau menopause. Perlu dipahami juga terkadang kehamilan juga dapat menyebabkan terjadinya tekanan darah tinggi.

Selain itu tinggi atau rendahnya tekanan darah juga dipengaruhi oleh enzim renin yang dihasilkan oleh ginjal dan faktor usia. Memang faktor risiko untuk alami hipertensi berbanding lurus dengan usia. Seseorang yang memiliki usia lebih tua memiliki kemungkinan lebih besar untuk alami hipertensi. Oleh karena itu nilai tekanan darah normal pada lansia bisa sedikit berbeda dengan orang dewasa muda.

Meski demikian, kamu dapat menurunkan atau bahkan mencegah risiko terjadinya hipertensi dengan mengubah pola hidup menjadi lebih sehat dan mengatur pola makan secara rutin. Pastikan untuk memenuhi asupan gizi pada tubuh agar tetap sehat, konsumsi air putih setiap hari, dan berolahraga secara teratur.

Gejala Hipertensi

Seseorang yang mengidap hipertensi akan merasakan beberapa gejala yang timbul, antara lain:

  • Sakit kepala
  • Penglihatan buram
  • Mual
  • Kebingungan
  • Kelelahan
  • Nyeri dada
  • Telinga berdengung
  • Sesak nafas
  • Aritmia (irama jantung tidak teratur)
  • Sensasi berdetak di leher, dada, atau telinga

Untuk hipertensi yang berat gejalanya bisa berupa: 

  • Sakit kepala di pagi hari
  • Mimisan
  • Telinga berdengung
  • Aritmia (irama jantung tidak teratur)
  • Mual dan/atau muntah
  • Kebingungan
  • Merasa cemas
  • Nyeri pada dada
  • Tremor otot
  • Adanya darah dalam urine
  • Kebutaan

Diagnosis Hipertensi

Dokter akan mengajukan pertanyaan tentang riwayat kesehatan dan melakukan pemeriksaan fisik. Setelah itu, dokter atau tenaga ahli biasanya akan memakaikan manset lengan tiup di sekitar lengan dan mengukur tekanan darah dengan menggunakan alat pengukur tekanan. 

 

Hasil pengukuran tekanan darah dibagi menjadi empat kategori umum:

  • Tekanan darah normal adalah tekanan darah di bawah 120/80 mmHg.
  • Prahipertensi adalah tekanan sistolik yang berkisar dari 120–139 mmHg, atau tekanan darah diastolik yang berkisar dari 80–89 mmHg. Prahipertensi cenderung dapat memburuk dari waktu ke waktu.
  • Hipertensi tahap 1 adalah tekanan sistolik berkisar 140–159 mmHg, atau tekanan diastolik berkisar 90–99 mm Hg.
  • Hipertensi tahap 2 tergolong lebih parah. Hipertensi tahap 2 adalah tekanan sistolik 160 mmHg atau lebih tinggi, atau tekanan diastolik 100 mmHg atau lebih tinggi.
  • Krisis hipertensi. Hasil pengukuran tekanan darah lebih tinggi dari 180/120 mmHg. Kondisi ini termasuk situasi darurat yang memerlukan perawatan medis segera. Jika kamu mendapatkan hasil ini saat mengukur tekanan darah di rumah, tunggu lima menit dan tes ulang. Jika alami gejala hipertensi, ada baiknya segera mendapatkan pemeriksaan di rumah sakit.

Komplikasi Hipertensi Pada Seluruh Organ Tubuh

Hubungan Hipertensi dengan Stroke

Hipertensi bisa menyebabkan pembuluh darah menyempit, bocor, pecah, atau tersumbat. Hal ini dapat mengganggu aliran darah yang membawa oksigen dan nutrisi ke otak. Jika hal ini terjadi, sel-sel dan jaringan otak pun akan mati dan menyebabkan terjadinya stroke.

Hubungan Hipertensi dengan Gagal Ginjal

Jika tekanan di pembuluh darah tinggi, maka sel ginjal tidak akan mendapatkan cukup oksigen untuk bekerja dengan baik. Sebaliknya, ginjal yang sehat juga berfungsi mengatur tekanan darah, sehingga tekanan darah pasien dengan gangguan ginjal akan semakin tinggi. Dan seperti rantai yang saling berhubungan, fungsi ginjal akan semakin menurun sampai akhirnya ginjal tidak berfungsi lagi.

Penurunan fungsi ginjal, seperti halnya tekanan darah tinggi, pada awalnya tidak ada rasanya. Pasien dengan penurunan fungsi ginjal baru akan merasakan apa yang salah dengan dirinya (merasa sakit) saat ginjalnya sudah dalam kerusakan tahap lanjut.

Hipertensi Lebih Mudah Menyerang Penderita Obesitas

Obesitas menjadi faktor risiko berbagai penyakit, antara lain hipertensi. Orang dengan obesitas berisiko 2.21 kali mengalami hipertensi. Hipertensi merupakan faktor risiko timbulnya penyakit jantung dan pembuluh darah. Korelasi kegemukan dan hipertensi, jelasnya kegemukan menyebabkan seseorang membutuhkan tekanan darah yang lebih tinggi daripada kondisi normal untuk mempertahankan keseimbangan antara asupan dan ekskresi natrium di ginjal.

Kaitan Hipertensi dengan Merokok

Rokok Adalah Salah Satu Pemicu Hipertensi

  1. Merokok menyebabkan lonjakan langsung tekanan darah pada tubuh
  2. Nikotin dalam rokok dapat memacu sistem saraf untuk melepaskan zat yang dapat mempersempit pembuluh darah dan menyebabkan tekanan darah tinggi
  3. Rokok tanpa filter lebih banyak meningkatkan risiko hipertensi
  4. Setelah 10 menit merokok, nikotin yang ada dalam rokok dapat mempengaruhi kondisi tekanan darah pada perokok tersebut

Pencegahan Hipertensi

Terdapat beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk mencegah hipertensi, yaitu:

  • Mengonsumsi makanan sehat, seperti buah dan sayuran.
  • Batasi asupan garam (menjadi kurang dari 5 gram setiap hari). 
  • Kurangi konsumsi kafein yang berlebihan.
  • Berhenti merokok.
  • Berolahraga secara teratur.
  • Menjaga berat badan.
  • Mengurangi konsumsi minuman beralkohol.
  • Membatasi asupan makanan tinggi lemak jenuh.
  • Menghilangkan/mengurangi lemak trans dalam diet.

SOP Subarashi dengan paten meregenerasi sel dan anti hipertensi dapat membantu dalam menstabilkan dan mengurangi tekanan darah ke arah yang lebih normal pada penderita hipertensi. SOP Subarashi tidak mempengaruhi orang dengan tekanan darah rendah atau normal. Ini sudah dibuktikan secara klinis.

Mekanisme kerja SOP Subarashi menghambat ACE 1 ke ACE 2. ACE 2 yang membuat tekanan darah meningkat karena pembuluh darah mengecil. 

SOP Subarashi tidak membuat pembuluh darah melebar dimana menyebabkan tensi menjadi anjlok.